Januari 04, 2008

Marketing Places: Visit Indonesia 2008

B eberapa hari ada sebuah diskusi menarik di acara "Padamu Negeri" METRO TV yang membahas mengenai program "Visit Indonesia Year 2008". Salah satu narasumbernya adalah bung Rhenald Khasali, ketua program MM FEUI yang juga bintang iklan produk jamunya orang pintar itu. Selain itu juga hadir Menteri Pariwisata Jero Wacik.

Menarik menyaksikan diskusi mengenai promosi wisata indonesia yang telah di launching pada 26 desember 2007 lalu. Apalagi berkaitan dengan masalah "pencurian" budaya belakangan ini dimana Indonesia kembali kecolongan dari negara tetangga Malaysia. Sehingga sangat penting untuk kembali memperkuat posisi Indonesia dalam masalah Hak Atas Kekayaan Intelektual Budaya ini melalui promosi yang gencar mengenai budaya-budaya yang dimiliki Indonesia.


Dari sudut pandang pemasaran, dalam diskusi tersebut bung Rhenald melihat bahwa upaya promosi pariwisata sebaiknya melibatkan seluruh sektor sehingga yang "dijual" bukan hanya objek-objek wisata dalam definisi alam yang sudah ada tetapi lebih dari itu juga mencakup sektor-sektor lain seperti pendidikan dan pelayanan kesehatan seperti yang dilakukan singapura. Singapura menjual pariwisatanya dalam bentuk paket pelayanan kesehatan dan pendidikan. Setiap tahunnya ratusan orang Indonesia hilir mudik untuk berobat di negeri Singa tersebut belum lagi mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di sana. Tentunya aliran orang tersebut diikuti devisa yang mengalir keluar.

Bentuk pariwisata yang mereka tawarkan tidak hanya menjual "alam" sebagaimana adanya tetapi juga menjual "service" dalam bentuk perawatan kesehatan dan layanan pendidikan. Untuk menuju ke arah itu tentu tidak mudah. Banyak hal dimana indonesia masih banyak tertinggal. Tetapi dalam jangka pendek yang bisa dijual oleh Indonesia saat ini adalah objek-objek wisata yang "given" yang telah dianugerahkan Tuhan pada kita. Untuk menjual produk-produk wisata itu tidak diperlukan CAPEX (Capital Expenditure) tetapi yang diperlukan hanyalah OPEX (Operational Expenditure) berupa biaya promosi dan sedikit biaya untuk membenahi infrastruktur yang mendukung pelayanan bagi para wisatawan yang akan berkunjung.
Promo dari Depbudpar cukup gencar setidaknya seperti dikatakan oleh Menteri Jero Wacik sendiri dan jika dilihat dari besarnya biaya pembuatan website untuk mempromosikan program ini yaitu sebesar 17,5 Milyar yang diambil dari dana APBN (sedikit berlebihan untuk sebuah website yang banyak mendapat kritik (lihat di sini) Tapi saya tidak akan membahas hal itu. Yang menjadi perhatian saya adalah strategi pemasaran pariwisata yang merupakan salah satu bentuk pemasaran wilayah (marketing places) ini.

Target yang akan dikejar pada tahun 2008 ini sebesar 7 juta wisatawan mungkin cukup berani atau menurut Pak Menteri Jero Wacik "menjadi tantangan untuk dikejar", maka diperlukan suatu strategi yang cukup mumpuni untuk mencapainya. Seperti halnya dalam memasarkan produk atau jasa diperlukan suatu triangle strategy yaitu Perumusan Positioning, Differensiasi dan Branding.

Positioning nerupakan upaya unruk membangun suaru kesan positif tertentu dalam benak target market. Untuk kasus indonesia kita perlu membangun suatu positioning bahwa indonesia masih merupakan negara dengan masyarakat yang ramah dan menarik untuk dikunjungi. Kemudian Diferensiasi adalah upaya untuk membedakan diri melalui pemberian value proposition yang unik dan berbeda dari apa yang dimiliki pesaing. Value proposition yang bisa membedakan indonesia dibanding negara lainnya adalah tentu saja diversity in unity dipoles lagi dengan pesona alamnya. Yang ketiga adalah Branding atau upaya membangun merek yaitu membangun awareness, persepsi kualitas dan loyalitas target market kepada tujuan wisata. Hal terakhir ini bisa dilakukan dengan promosi wisata melalui salah satunya memunculkan icon yang dapat meningkatkan awareness terhadap Indonesia. Pembuatan website promosi tentunya dapat lebih membangun awareness mengenai kualitas budaya dan alam indonesia. Namun sayangnya website yang amat mahal dari depbudpar tidak menampakkan kualitas tersebut.

Dari penjelasan Pak Menteri, mungkin hal yang sedikit luput dari perhatian adalah mengenai target marketnya, jika tahun lalu saja hanya mencapai 5 juta wisatawan mancanegara (wisman) dari target 6 juta wisman maka dari mana tambahan 1 juta wisman untuk tahun ini. Seperti dikemukakan dalam suatu diskusi lainnya di Metro TV masih banyak hambatan dalam memacu peningkatan wisman untuk datang ke indonesia misalnya masalah travel warning dari negara2 eropa bagi wismannya agar tidak mengunjungi indonesia bahkan perusahaan asuransi di negara2 tersebut tidak mau menanggung wisman yang berkunjung ke indonesia. Kemudian ban (larangan) yang diberikan eropa terhadap maskapai penerbangan Garuda juga menyulitkan kedatangan wisman2 eropa ke Indonesia. Melihat hal tersebut yang paling realistis adalah menargetkan pasar-pasar regional seperti: ASEAN dan Asia timur .

Negara2 dalam kawasan ASEAN dan Asia Timur bisa menjadi pilihan karena secara budaya mereka memiliki kemiripan dengan budaya kita kemudian juga melihat adanya Olimpiade di China kita bisa mendapatkan efek spillover dari event tersebut.

Pemilihan target market ini sangat penting agar implementasi dari program2 yang akan diluncurkan nantinya lebih terarah dan sesuai target. Kemudian tentunya strategi Positioning, Differentition, Branding harus dilengkapi dengan upaya program marketing Mix (4P) ditambah dengan penjualan (selling) dan service kepada wisatawan mancanegara agar ketika mereka akan meninggalkan indonesia dalam benak mereka telah memiliki rencana untuk datang lagi ke Indonesia.

Untuk saat ini menjual alam adalah yang paling mungkin dilakukan karena itulah yang dimiliki Indonesia, namun hal tersebut juga harus diikuti oleh strategi yang dapat meningkatkan nilai tambah objek pariwisata. Sehingga wisatawan manca negara mendapatkan experience yang tidak hanya "berbeda" tetapi juga merupakan sesuatu yang "baru" bagi mereka.

0 Comments: