Juni 18, 2008

Mengungkit Daya Saing Indonesia dengan Knowledge Economy

Daya saing merupakan sebuah frase yang populer belakangan ini. Kemerosotan Indonesia di berbagai bidang kembali mengukuhkan frase ini sebagai penyelamat yang dapat (meminjam istilah Prabowo Subianto dalam sebuah iklan menjelang Pemilu)…..membangkitkan macan Asia untuk mengaum kembali. Banyak orang kemudian yang membicarakan konsep daya saing di berbagai seminar sebagai kata kunci untuk membangkitkan perekonomian Indonesia. Saya termasuk salah satunya.

Daya saing (competitiveness) secara umum didefinisikan sebagai seberapa besar pangsa pasar produk suatu negara dalam pasar dunia. Definisi lain mengatakan bahwa daya saing adalah produktifitas. Produktifitas akan mendorong mata uang suatu negara menjadi lebih kuat sekaligus meningkatkan standar hidup masyarakat. Produktifitas tergantung dari nilai barang-barang dan jasa yang dapat diproduksi secara efisien.

Daya saing menurut pandangan konvensional meliputi kondisi makroekonomi, politik dan lingkungan hukum yang mendukung perekonomian yang maju. Kondisi makroekonomi yang baik akan membantu menciptakan kemakmuran.

Namun, Porter (1990) menambahkan bahwa kondisi makroekonomi, politik dan hukum (dan lainnya yang "berbau" makro) hanyalah sebuah syarat perlu tapi belum cukup menuju kemakmuran. Kemakmuran pada dasarnya dibentuk oleh pondasi mikroekonomi melalui kegiatan dan strategi perusahaan. Strategi perusahaan ini dipengaruhi oleh : kualitas input, kondisi infrastruktur, institusi, peraturan-peraturan pemerintah dan kebijakan lainnya yang mengatur lingkungan bisnis di mana perusahaan tersebut bersaing. Disinilah Porter memperkenalkan landasan mikro bagi daya saing.

Perdebatan mengenai konsep daya saing dan bagaimana mengaplikasikannya saya rasa tidak akan pernah selesai dan akan selalu menjadi hal yang menarik dibahas. Salah satu ekonom yang membantah dengan keras konsep Porter adalah Krugman yang meledek bahwa apa yang dikemukakan Porter tidak lebih dari omong kosong. Tapi satu hal yang disetujui semua pihak bahwa upaya peningkatan daya saing adalah suatu yang perlu dilakukan oleh setiap negara untuk mencapai kemakmuran.

Dengan semakin berkembangnya teknologi, isu mengenai bagaimana menuju tingkat daya saing yang tinggi juga mengalami peralihan dari penggunaan (natural) resources ke technology. Dunia telah menjadi saksi bagaimana negara-negara yang diberi banyak sumber daya alam berlimpah justru menjadi negara yang terbelakang. Indonesia salah satunya. Sebaliknya negara yang memiliki keterbatasan seringkali menjadi yang terdepan karena mereka mampu mengubah keterbatasan menjadi sebuah peluang. Dalam pengembangan teknologi hal yang paling esensial adalah kemampuan dan pengetahuan (knowledge). Itulah mengapa dalam sebuah bukunya yang terbaru, Profesor Zuhal menggambarkan bangunan sebuah perekonomian yang maju adalah yang menempatkan modal pengetahuan dalam posisi tertinggi. Disinilah pentingnya pengembangan knowledge economy dalam mengungkit daya saing Indonesia.

Menurut Zuhal, istilah "perekonomian berbasis pengetahuan" atau knowledge based economy sendiri mulai terdengar awal tahun 1990an. Ketika itu muncul keyakinan bahwa sebuah negara tidak dapat berdiri diatas unsur ekonomi belaka, melainkan seluruh aktivitas kehidupan warganya didasarkan kepada proses penciptaan, pemanfaatan dan pendistribusian pengetahuan.

Perekonomian berbasis pengetahuan merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing, produktivitas, dan pertumbuhan ekonomi dengan pendekatan baru, pola pendidikan, inovasi, memanfaatkan teknologi informasi, meluaskan jejaring kerjasama, dan memberikan peran yang berbeda kepada pemerintah.

Suatu masyarakat berbasis pengetahuan terbentuk paling sedikit oleh lima elemen dasar (Lester C. Thurow, 1999 seperti dikutip Zuhal) yaitu:

Penataan masyarakat
Kewiraswastaan
Pembentukan pengetahuan
Ketrampilan
Pengelolaan SDA dan lingkungan hidup

Definisi lain mengenai knowledge economy atau Knowedge Based Economy (KBE) diberikan oleh World Economic Forum (WEF) yang mengatakan bahwa ekonomi berbasis pengetahuan atau KBE adalah sistem ekonomi yang menciptakan, mendesiminasi dan menggunakan pengetahuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing.

Tentu kita bisa melihat secara jelas bahwa aktivitas ekonomi berbasis pengetahuan yang kemudian meningkatkan daya saing dapat melontarkan suatu negara ke dalam urutan teratas dalam hal kemakmuran. Karena hal yang menentukan daya saing adalah keunikan dan pengetahuan dapat menjadikan suatu negara memiliki keunikan yang tidak dapat ditiru oleh bangsa lainnya. Namun suatu kesimpulan selalu menyisakan satu pertanyaan lainnya untuk dijawab. Bagaimana Indonesia membangun knowledge economy, dengan segala keterbatasan yang dimiliki sumber daya manusianya. ..???

0 Comments: