Desember 28, 2008

Arah Bisnis di Tahun Kerbau

Di tahun kerbau yang akan datang diperkirakan gelombang krisis akan mulai terasa dampaknya. Hal ini dipicu oleh adanya tekanan pada nilai rupiah akibat masalah likuiditas di pasar keuangan. Prediksi dari beberapa bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan berkisar pada angka 4%-5%. Inflasi pada akhir tahun 2009 diperkirakan akan berada pada tingkat 7%-8% dengan nilai tukar berada pada kisaran Rp. 9000-Rp.10.000 pada akhir tahun.

Bagi dunia usaha hal tersebut akan berarti kesulitan pada masalah pembiayaan dan terjadinya penurunan permintaan. Beberapa bank saat ini semakin ketat dalam penyaluran kredit dan cenderung untuk meningkatkan suku bunga pinjaman. Di sisi lain peningkatan inflasi telah memicu melemahnya daya beli masyarakat yang berakibat pada berkurangnya permintaan.



Pengamat ekonomi yang juga Direktur LPEM FEUI Chatib Basri seperti dikutip BusinessWeek Indonesia memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi tahun depan hanya akan berada pada kisaran 4,5%-5,5%. Beberapa ekonom bank asing bahkan memiliki angka yang lebih pesimis lagi. Hal ini didasari keyakinan bahwa tekanan pada nilai tukar masih akan besar yang kemudian memberikan efek terhadap inflasi yang akan menekan daya beli masyarakat dan kemampuan dunia bisnis terutama yang memiliki ketergantungan terhadap barang impor.

Dampak paling besar dari krisis global ini terhadap perekonomian Indonesia akan didominasi melalui jalur finansial dibandingkan jalur perdagangan internasional mengingat masih kecilnya peran ekspor terhadap PDB Indonesia. Peran total ekspor indonesia terhadap PDB hanya 30% bandingkan dengan Malaysia yang mencapai 90 %. Lebih jauh lagi peran total ekspor ke US terhadap PDB Indonesia hanya mencapai 4,1 % sangat kecil dibandingkan dengan Hongkong yang mencapai 63,6% atau Singapura yang mencapai 28,7% (Economic Outlook StandChart). Sehingga dampak dari resesi global di Amerika terhadap perekonomian Indonesia melalui jalur perdagangan internasional (ekspor/impor) akan sangat terbatas. Namun dampak resesi global melalui jalur finansial terutama sistem pembayaran internasional akan sangat besar. Gelombang kepanikan di pasar keuangan telah memicu pelarian modal dan ini telah mengakibatkan terpuruknya nilai tukar rupiah yang sempat menembus angka Rp. 12.000 per US Dollar beberapa waktu lalu. Singkat kata dampak melalui jalur finansial ini telah menyebabkan sistem keuangan Indonesia mengalami kesulitan likuiditas.

Tantangan
Di tahun kerbau yang akan datang diperkirakan gelombang krisis akan mulai terasa dampaknya. Hal ini dipicu oleh adanya tekanan pada nilai rupiah akibat masalah likuiditas di pasar keuangan. Prediksi dari beberapa bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan berkisar pada angka 4%-5%. Inflasi pada akhir tahun 2009 diperkirakan akan berada pada tingkat 7%-8% dengan nilai tukar berada pada kisaran Rp. 9000-Rp.10.000 pada akhir tahun.

Bagi dunia usaha hal tersebut akan berarti kesulitan pada masalah pembiayaan dan terjadinya penurunan permintaan. Beberapa bank saat ini semakin ketat dalam penyaluran kredit dan cenderung untuk meningkatkan suku bunga pinjaman. Di sisi lain peningkatan inflasi telah memicu melemahnya daya beli masyarakat yang berakibat pada berkurangnya permintaan.

Dengan kondisi tersebut, kegiatan diperkirakan akan mengalami perlambatan. Ekspansi bisnis diperkirakan akan mengalami penundaan hingga perekonomian membaik. Beberapa perusahaan seperti terungkap dalam survey SWA mengemukakan akan menunda pengembangan bisnisnya di 2009 dan melakukan efisiensi dalam produksinya.

Beberapa bisnis yang terkait dengan kebutuhan primer dan pasar domestik mungkin masih bisa bertahan. Sementara itu tekanan yang besar akan dialami oleh bisnis-bisnis yang terkait dengan kebutuhan non primer dan terkait dengan pasar ekspor. Asosiasi Pengusaha Indonesia memperkirakan di sektor manufaktur akan terjadi penurunan produksi hingga 10%-20%. Sementara sektor otomotif diperkirakan akan mengalami penurunan produksi hingga 20 %. Untuk properti dipastikan juga akan mengalami kostraksi terutama terkait dengan pembiayaan KPR yang akan semakin ketat.

Peluang
Di tengah gulungan arus resesi ekonomi tahun depan beberapa peluang yang masih bisa diraih adalah adanya hajatan pemilu yang akan meningkatkan perputaran uang di tingkat bawah mulai kwartal 2 hingga 3. Kemudian penurunan harga komoditi di tingkat internasional diperkirakan akan memberikan sedikit penurunan pada tingkat inflasi dan juga pada biaya produksi perusahaan. Hal ini diharapkan akan memberikan dampak pada membaiknya daya beli masyarakat.

Berkah di kala krisis adalah adanya pelajaran bagi dunia usaha untuk terus melakukan efisiensi tanpa mengorbankan kepentingan orang banyak dengan misalnya melakukan PHK yang dapat memicu masalah lebih besar. Strategi yang bisa dipilih para CEO menghadapi tahun depan adalah dengan melakukan intensifikasi terhadap konsumen yang ada dan menahan untuk melakukan ekspansi hingga kondisi menjadi lebih baik. Semoga kita bisa melewati tahun ini dengan pelajaran untuk berinovasi.

*Tabel di reproduksi dari presentasi Economic Outlook 2009 SCB, Danamon dan HSBC


3 Comments:

Anonim said...

Halo sobat, salam kenal dari frizzy.
Selamat Tahun Baru 2009, salam hangat dan sukses selalu buat mpunya blog dan pembacanya.
Mampir-mampir ke tempatku yaa...

Cheers, frizzy2008.
Relaxing Articles Spa

Anonim said...

memang betul mas kebanyakan para pengamat ekonomi memprediksi tahun 2009 krisis amat terasa di dunia terutama Indonesia. menurut saya mari kita berlomba2 menguatkan industri indonesia apalagi pemerintah telah berencana pada tahun 2009 akan mencanangkangkan industri kreatif

fajrin said...

@frizzy: salam kenal juga. Saya sudah mampir mas ke blog-nya...bagus dan membuat relax seperti di spa.Hehehe..
@blog competition: yup, di tengah krisis global ini salah satu yg harus dilakukan adalah memperkuat pasar domestik.