Sekitar 3-4 tahun yang lalu di sebelah rumah saya dibangun menara transmisi telekomunikasi seluler yang lebih dikenal dengan sebutan menara BTS (Base Transceiver Station). Sekitar tahun itu pula saya membeli Handphone pertama saya melalui uang hasil kerja sambilan semasa kuliah. Saat itu saya menyaksikan meriahnya persaingan di Industri Telekomunikasi dan menikmati dampaknya sebagai konsumen, tarif yang sangat bersaing dari para operator. Pada waktu itu, yang muncul dalam benak saya mengenai telekomunikasi hanyalah industri jasa telekomunikasi (dilihat dari maraknya persaingan antar operator-operator telekomunikasi seperti terlihat di media TV) dan industri peralatan telekomunikasi (dengan ragam jenis HP yang muncul di pasaran dengan harga yang kompetitif). Tak pernah terpikirkan sedikitpun tentang apa yang ada di balik menara-menara BTS yang bertebaran di penjuru kota, termasuk di dekat rumah saya waktu itu.
Baru beberapa bulan yang lalu ketika saya mulai bekerja di BUMN yang bergerak di industri baja, saya memiliki kesempatan untuk berkunjung ke sebuah pabrikan di Jawa Timur yang memproduksi komponen dari menara transmisi tersebut. Di sana saya menyimak penjelasan jajaran manajemen mengenai prospek bisnis yang mereka jalani dan kebutuhan mereka akan pasokan baja.
Ketika itu sambil mendengarkan penjelasan tentang prospek bisnis menara, saya membolak balik halaman brosur produk mereka dan mulai melihat keterkaitan industri telekomunikasi seluler dengan bisnis baja tempat saya bekerja dan produk baja turunannya seperti pabrikan yang saya kunjungi waktu itu. Penjelasan yang diberikan semakin menjelaskan posisi industri telekomunikasi dan industri penunjangnya.
Hal itu kemudian mengingatkan tentang sebuah konsep yang saya dapat di bangku kuliah dulu mengenai keterkaitan kebelakang dan ke depan (backward and forward linkage) dari satu sektor dengan sektor lainnya dalam perekonomian. Konsep ini dapat memetakan keterkaitan antar sektor dan melihat sektor mana yang berperan besar terhadap perekonomian. Lebih dari itu konsep ini juga dapat menjelaskan dampak multiplier dari perkembangan satu sektor terhadap sektor lainnya. Dengan suatu angka multiplier dapat dilihat berapa besar pengaruh perkembangan di satu sektor terhadap sektor lainnya dan perekonomian secara umum.
Lebih menariknya lagi jika satu sektor dan lainnya tersebut berada dalam kategori yang berbeda seperti yang terjadi antara industri baja dengan telekomunikasi. Industri baja merupakan sektor yang dikategorikan sebagai tradeable sector dan sementara sektor telekomunikasi seluler ini merupakan non tradeable sector. Sektor non tradeable seperti jasa telekomunikasi adalah sektor yang paling berkembang saat ini dengan prospek bisnis yang menarik dan mengundang banyak investor. Namun sektor non tradeable bukanlah sektor yang menyerap tenaga kerja cukup besar karena sifatnya yang capital intensif. Sementara di sisi lain tradeable sector seperti industri manufaktur (misalnya industri baja dan turunannya) lebih bersifat labor intensive dan memiliki peranan yang sangat besar dalam penyerapan tenaga kerja. Keterkaitan antara kedua industri tersebut merupakan hal yang sangat unik karena dari sinyal-sinyal seluler tersebut ternyata memberikan dampak yang besar terhadap sektor lainnya.
Dari beberapa sektor penunjang yang ada di industri telekomunikasi sektor baja memiliki peran yang menonjol dalam perekonomian dan mampu melipatgandakan efek tersebut. Hasil kajian LPEM FEUI dan PT. Krakatau Steel (2009) dengan menggunakan tabel input output menemukan bahwa peranan sektor industri baja dalam perekonomian sangatlah besar. Hal itu dapat dilihat dari multiplier effect yang dihasilkan dari setiap perubahan Rp 1 (satu rupiah) permintaan sektor baja yang akan berdampak terhadap perekonomian sebesar Rp 1,73 atau hampir 2 kali lipatnya. Jika dilihat dari penyerapan tenaga kerja industri baja merupakan industri yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar baik langsung maupun tidak langsung, Setidaknya 250.000 tenaga kerja yang terlibat langsung dalam industri baja belum lagi industri-industri turunannya.
Bisnis telekomunikasi adalah bisnis yang terkait erat dengan jaringan (network industry) sehingga ketersediaan infrastruktur jaringan yang memadai menjadi kunci keberhasilan pemain dalam bisnis ini. Untuk itu operator telekomunikasi menggelontorkan dana yang sangat besar untuk memastikan kualitas sinyal-sinyal selulernya akan sampai hingga ke konsumen yang paling pelosok.
Hal itu dapat dilihat dari belanja modal di industri telekomunikasi yang sangat besar, khususnya untuk pembangunan menara BTS. Data di tahun 2008 saja menunjukkan bahwa Telkomsel menganggarkan CAPEX (Capital Expenditure) sekitar US$1,7 miliar (Rp 17 triliun). Kemudian Indosat menggelontorkan dana modal sampai US$1,2 miliar (Rp 12 triliun). Sementara XL menganggarkan sekitar US$650 juta (Rp 6 triliun). (www.handphone.co.id). Jika ditotal ketiga operator GSM itu saja mengeluarkan belanja modal sebesar Rp 35 triliun setiiap tahunnya. Bahkan Ditjen Postel pada waktu itu memperkirakan potensi pasar bisnis menara mencapai 100 triliun. Hal didasari dengan asumsi biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan satu unit menara sebesar Rp 1-2 miliar. Maka dengan perkiraan pertumbuhan menara sebesar 100.000 unit pertahun (asumsi sebelum adanya regulasi menara bersama dengan jumlah dimana satu operator rata-rata membangun 5000 unit menara) maka belanja modal untuk menara BTS akan mencapai Rp 100 triliun setiap tahun. Dari 100 triliun tersebut asumsikan saja alokasi untuk bahan baku baja sekitar 20 persennya maka akan ada sekitar 20 triliun yang dibelanjakan untuk keperluan bahan baku baja setiap tahunnya. Dengan kata lain untuk menghasilkan sinyal-sinyal yang berkualitas akan ada permintaan senilai 20 triliun untuk bahan baku baja.
Mengutip kembali hasil kajian LPEM dimana setiap perubahan Rp 1 permintaan sektor baja akan berdampak terhadap perekonomian sebesar Rp 1,73 atau hampir 2 kali lipatnya. Maka hal ini akan menciptakan dampak multiplier terhadap perekonomian sebesar 2 kali lipatnya atau dalam hal ini jika terjadi permintaan baja senilai 20 triliun pertahun maka akan berpengaruh terhadap peningkatan output dalam perekonomian nasional sebesar 40 triliun.
Perhitungan sederhana tersebut menggambarkan besarnya potensi bisnis telekomunikasi dan bagaimana sinyal-sinyal seluler itu akan menguatkan industri baja yang terkait dibelakangnya. Walaupun dengan adanya perubahan regulasi mengenai menara bersama namun yang akan terjadi hanyalah perpindahan operasionalisasi menara dari operator kepada kontraktor menara dan bisnis pembangunan menara akan tetap menarik dan memberikan efek pengganda terhadap sektor penunjangnya yang kemudian akan berdampak lebih luas terhadap perekonomian nasional.
Menara BTS di dekat rumah saya yang dulu tak pernah saya pandangi itu kini menarik perhatian saya kembali sambil membayangkan sekitar 40 ribuan menara lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia. Dibalik menara-menara BTS yang bertebaran tersebut tidak hanya terdapat kekokohan material baja yang menopang sinyal-sinyal telekomunikasi seluler yang ”nyambung terus” (meminjam istilah dari XL) namun juga ”nyambung terus” hingga ke industri baja melalui keterkaitan yang menimbulkan dampak peningkatan terhadap permintaan bahan material baja yang kemudian akan menggerakkan bisnis baja domestik. Hingga akhirnya efek tersebut akan diteruskan dan berdampak terhadap perekonomian nasional
Desember 30, 2009
Sinyal-sinyal yang menguatkan baja : perkembangan telekomunikasi seluler yang ”nyambung terus” ke industri baja.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Posted by fajrin at 05.57
Labels: industri baja, telekomunikasi, XL
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
2 Comments:
Good day, sun shines!
There have were times of troubles when I felt unhappy missing knowledge about opportunities of getting high yields on investments. I was a dump and downright pessimistic person.
I have never thought that there weren't any need in big initial investment.
Now, I feel good, I started take up real money.
It gets down to choose a proper companion who utilizes your funds in a right way - that is incorporate it in real deals, parts and divides the income with me.
You can get interested, if there are such firms? I'm obliged to tell the truth, YES, there are. Please get to know about one of them:
http://theblogmoney.com
It isn't hard at all to start making money online in the hush-hush world of [URL=http://www.www.blackhatmoneymaker.com]blackhat marketing[/URL], Don’t feel silly if you haven’t heard of it before. Blackhat marketing uses not-so-popular or misunderstood ways to generate an income online.
Post a Comment